TRI BINTANG PAMUNGKAS (10001036)
BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
DEPRESI merupakan gangguan mental yang
sering terjadi di tengah masyarakat. Berawal dari stres yang tidak diatasi,
maka seseorang bisa jatuh ke fase depresi. Penyakit ini kerap diabaikan karena
dianggap bisa hilang sendiri tanpa pengobatan.
Pada depresi, tekanan kehidupan atau
stres ibarat patogen (kuman penyebab penyakit) pada penyakit fisik
Menurut Ferster ( dalam Meyer, 1984 :
167 ) depresi dapat timbul karena salah satu daridua proses dibawah ini, yaitu
:
a.
Perubahan lingkungan seperti
anggota keluarga atau kehilangan pekerjaan dapat membatasi (reinforcement) yang
diterima individu. Individu yang menyandarkan diri pada satu atau dua
reinforcement akan cenderung mudah terserang depresi karena kurangnya reinforcement.
b.
Ditinjau dari perilaku
menghindar, depresi muncul pada saat usaha menghindar di lingkungan menjadi
kuat. Dalam kasus ini depresi timbul karena individu ingin menghindari
kecemasan. Jika individu menarik diri dari stimulus yang menyebabkan kecemasan,
maka akan kehilangan dengan kontak reinforcement sosial, dan akan timbul
depresi.
Depresi terjadi karena individu kehilangan objek eksternal yang
bernilai tinggi bagi individu tersebut. Kehilangan yang dimaksud adalah
kehilangan objek cinta utama, seperti kehilangan pasangan hidup, anak atau
teman. Hal ini menyebabkan individu tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik,
sehingga tidak menutup kemungkinan individu akan mudah mengalami gangguan
depresi.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1.
Apa pengertian depresi?
2.
Apa saja yang termasuk aspek
depresi?
3.
Bagaimana proses terjadinya
depresi?
4.
Apa faktor penyebab depresi?
5.
Bagaimana cara mengatasinya ?
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Depresi
Seseorang dikatakan
depresi apabila aktifitas fisiknya menurun, berpikir sangat lamban dan diikuti
oleh perubahan suasana hati. Sesorang yang mengalami depresi memiliki pemikiran
yang negatif terhadap dirinya sendiri, terhadap masa depan, dan ingatan mereka
menjadi lemah, serta kesulitan dalam mengambil keputusan.
Menurut Suryantha Chandra (2002 : 8), depresi adalah suatu bentuk gangguan suasana hati yang mempengaruhi kepribadian seseorang. Depresi juga merupakan perasaan sinonim dengan perasaan sedih, murung, kesal, tidak bahagia dan menderita. Individu umumnya menggunakan istilah depresi untuk merujuk pada keadaan atau suasana yang melibatkan kesedihan, rasa kesal, tidak mempunyai harga diri, dan tidak bertenaga. Individu yang menderita depresi aktifitas fisiknya menurun, berpikir sangat lambat, kepercayaan diri menurun, semangat dan minat hilang, kelelahan yang sangat, insomnia, atau gangguan fisik seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, rasa sesak didada, hingga keinginan untuk bunuh diri (John & James, 1990 : 2).
Menurut Suryantha Chandra (2002 : 8), depresi adalah suatu bentuk gangguan suasana hati yang mempengaruhi kepribadian seseorang. Depresi juga merupakan perasaan sinonim dengan perasaan sedih, murung, kesal, tidak bahagia dan menderita. Individu umumnya menggunakan istilah depresi untuk merujuk pada keadaan atau suasana yang melibatkan kesedihan, rasa kesal, tidak mempunyai harga diri, dan tidak bertenaga. Individu yang menderita depresi aktifitas fisiknya menurun, berpikir sangat lambat, kepercayaan diri menurun, semangat dan minat hilang, kelelahan yang sangat, insomnia, atau gangguan fisik seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, rasa sesak didada, hingga keinginan untuk bunuh diri (John & James, 1990 : 2).
Menurut Maramis (1998 : 107), depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen psikologis seperti rasa sedih, rasa tidak berguna, gagal, kehilangan, putus asa, dan penyesalan yang patologis. Depresi juga disertai dengan komponen somatik seperti anorexia, konstipasi, tekanan darah dan nadi menurun. Dengan kondisi yang demikian, depresi dapat menyebabkan individu tidak mampu lagi berfungsi secara wajar dalam hidupnya.
- Aspek- aspek
Depresi Beck (dalam Nanik Afida dkk, 2000 :181) menjelaskan depresi
memiliki beberapa aspek emosional, kognitif, motivasional, dan fisik.
a. Aspek yang dimanifestasikan secara emosional, yaitu :
1)
Perasaan kesal atau patah
hati (dejected mood) ; perasaan ini menggambarkan
keadaan sedih, bosan dan kesepian yang dialami individu. Keadaan ini bervariasi
dari kesedihan sesaat hingga kesedihan yang terus - menerus.
2)
Perasaan negatif terhadap
diri sendiri ; perasaan ini mungkin berhubungan
dengan perasaan sedih yang dijelaskan di atas, hanya bedanya perasaan ini
khusus ditujukan kepada diri sendiri.
3)
Hilangnya rasa puas ; maksudnya ialah kehilangan kepuasan atas apa yang dilakukan.
Perasaan ini dapat terjadi pada setiap kegiatan yang dilakukan termasuk
hubungan psikososial, seperti aktivitas yang menuntut adanya suatu tanggung
jawab.
4)
Hilangnya keterlibatan
emosional dalam melakukan pekerjaan atau hubungan
dengan orang lain ; keadaan ini biasanya disertai dengan hilangnya kepuasan
diatas. Hal ini dimanifestasikan dalam aktivitas tertentu, kurangnya perhatian
atau rasa keterlibatan emosi terhadap orang lain.
5)
Kecenderungan untuk
menangis diluar kemauan ; gejala ini banyak
dialami oleh penderita depresi, khususnya wanita. Bahkan mereka yang tidak
pernah menangis selama bertahun-tahun dapat bercucuran air mata atau merasa
ingin menangis tetapi tidak dapat menangis.
6)
Hilangnya respon terhadap
humor ; dalam hal ini penderita tidak kehilangan
kemampuan untuk mempersepsi lelucon, namun kesulitannya terletak pada kemampuan
penderita untuk merespon humor tersebut dengan cara yang wajar. Penderita tidak
terhibur, tertawa atau puas apabila mendengar lelucon.
b. Aspek depresi yang
dimanifestasikan secara kognitif, yaitu :
1)
Rendahnya evaluasi diri ; hal ini tampak dari bagaimana penderita memandang dirinya.
Biasanya mereka menganggap rendah ciri - ciri yang sebenarnya penting, seperti
kemampuan prestasi, intelegensi, kesehatan, kekuatan, daya tarik, popularitas,
dan sumber keuangannya.
2)
Citra tubuh yang
terdistorsi ; hal ini lebih sering terjadi pada
wanita. Mereka merasa dirinya jelek dan tidak menarik.
3)
Harapan yang negatif ; penderita mengharapkan hal - hal yang terburuk dan menolak uasaha
terapi yang dilakukan.
4)
Menyalahkan dan mengkritik
diri sendiri ; hal ini muncul dalam bentuk
anggapan penderita bahwa dirinya sebagai penyebab segala kesalahan dan cenderung
mengkritik dirinya untuk segala kekurangannya.
5)
Keragu-raguan dalam
mengambil keputusan ; ini merupakan karakteristik
depresi yang biasanya menjengkelkan orang lain ataupun diri penderita.
Penderita sulit untuk mengambil keputusan, memilih alternatif yang ada, dan
mengubah keputusan.
c.
Aspek yang dimanifestasikan secara motivasional
Meliputi
pengalaman yang disadari penderita, yaitu tentang usaha, dorongan, dan
keinginan. Ciri utamanya adalah sifat regresif motivasi penderita, penderita
tampaknya menarik diri dari aktifitas yang menuntut adanya suatu tanggung
jawab, inisiatif bertindak atau adanya energi yang kuat.
d. Aspek depresi yang
muncul sebagai gangguan fisik
Meliputi kehilangan nafsu makan, gangguan
tidur, kehilangan libido, dan kelelahan yang sangat. Menurut Mendels (dalam
Meyer, 1984 : 159) mengatakan bahwa individu mengalami depresi jika individu
mengalami gajala-gejala rasa sedih, pesimis, membenci diri sendiri, kehilangan
energi, kehilangan konsentrasi, dan kehilangan motivasi. Selain itu individu
juga kehilangan nafsu makan, berat badan menurun, insomnia, kehilangan libido,
dan selalu ingin menghindari orang lain.Dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan bahwa aspek depresi adalah gejala depresi yang dapat
dimanifestasikan secara emosional, kognitif, motivasional, fisik dan
pencernaan, raut wajah sedih, retardasi, dan agitasi. Gejala yang
dimanifestasikan secara emosional terdiri dari perasaan kesal atau patah hati,
perasaan negatif terhadap dirinya, hilangnya rasa puas, hilangnya keterlibatan
emosional,kecenderungan untuk menangis diluar kemauan, dan hilangnya respon
terhadap humor. Sedangkan gejala yang dimanifestasikan secara kognitif meliputi
sikap menyimpang penderita, baik terhadap diri, pengalaman, dan masa depannya.
Gejala yang dimanifestasikan secara motivasional meliputi pengalaman yang
disadari penderita, yaitu tentang usaha, dorongan, dan keinginan , sedangkan
gejala yang muncul sebagai gangguan fisik apabila terjadi gangguan saraf otonom
dan hipotalamus.
3. Proses Terjadinya Depresi
Dalam kehidupan individu, ada periode
- periode kritis yang berpengaruh terhadap perkembangan individu selanjutnya.
Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari figur yang penting bagi individu pada
periode kritis akan mempengaruhi kecenderungan depresi pada masa yang akan
datang. Pada saat individu merespon kembali situasi serupa yaitu kurangnya
kasih sayang dan perhatian, maka individu mempunyai kecenderungan depresi yang
lebih tinggi dibandingkan pada orang yang tidak mengalami keadaan
demikian.Kehidupan manusia ditandai oleh interaksi individu dengan
lingkungannya. Depresi dapat timbul karena beberapa faktor, baik faktor dari
dalam maupun dari luar individu. Menurut Abraham (dalam Meyer, 1984 : 165),
keadaan depresi didominasi oleh perasaan kehilangan, rasa bersalah dan ada
perasaan ambivalen antara cinta dan benci. Ambivalensi dari depresi ada dua,
yaitu :
a Marah dan
benci terhadap objek cinta yang hilang kerena persepsi tentang dirinya yang
ditinggalkan atau ditolak.
b. Rasa
bersalah karena keyakinannya bahwa dirinya telah gagal merespon secara tepat
dan sesuai terhadap objek cinta yang hilang. Arienti dam Bemporad
(dalam Meyer, 1984 : 249), menyatakan bahwa depresi sering terjadi pada orang
yang mengalami kehilangan anak - anak. Situasi yang menyenangkan akan hilang
jika ada kehadiran anggota keluarga lain seperti adik sehingga perhatian ibu
terbagi, karena kematian orang tua, ditinggalkan oleh orang terdekat dengan
individu, dan bisa juga disebabkan oleh larangan yang mendadak terhadap
perilaku anak yang sudah menetap. Individu akan menyerap gaya hidup yang
ditujukan untuk meraih keberhasilan dalam menyenangkan orang yang demikian
tersebut. Harapan - harapan tersebut seringkali melebihi kemampuan individu
sehingga terjadi kegagalan, individu akan mencela dan menyalahkan diri sendiri.
Jadi depresi terjadi karena hilangnya objek eksternal yang bernilai tinggi bagi individu tersebut. Kehilangan didefinisikan sebagai kehilangan objek cinta utama, yaitu sesorang, sesuatu atau aktifitas. Depresi menurut teori kognitif disebabkan oleh adanya bentuk-bentuk pemikiran yang tidak logis. Individu yang depresi cenderung berpikir dengan cara yang menyimpang dan penyimpangan ini menimbulkan masalah baru dan memperburuk keadaan yang ada serta meningkatkan perputaran yang memyebabkan depresi. Hal ini dipertegas oleh Ellis (dalam Meyer, 1984 : 187) yang mengatakan bahwa cara individu memandang dan berpikir tentang dirinya sendiri akan menimbulkan gangguan tertentu seperti depresi. Arienti dam Bemporad (dalam Meyer, 1984 : 249), menyatakan bahwa depresi sering terjadi pada orang yang mengalami kehilangan anak - anak. Situasi yang menyenangkan akan hilang jika ada kehadiran anggota keluarga lain seperti adik sehingga perhatian ibu terbagi, karena kematian orang tua, ditinggalkan oleh orang terdekat dengan individu, dan bisa juga disebabkan oleh larangan yang mendadak terhadap perilaku anak yang sudah menetap. Individu akan menyerap gaya hidup yang ditujukan untuk meraih keberhasilan dalam menyenangkan orang yang demikian tersebut. Harapan - harapan tersebut seringkali melebihi kemampuan individu sehingga terjadi kegagalan, individu akan mencela dan menyalahkan diri sendiri. Jadi depresi terjadi karena hilangnya objek eksternal yang bernilai tinggi bagi individu tersebut. Kehilangan didefinisikan sebagai kehilangan objek cinta utama, yaitu sesorang, sesuatu atau aktifitas.
Depresi menurut teori kognitif disebabkan oleh adanya bentuk-bentuk pemikiran yang tidak logis. Individu yang depresi cenderung berpikir dengan cara yang menyimpang dan penyimpangan ini menimbulkan masalah baru dan memperburuk keadaan yang ada serta meningkatkan perputaran yang memyebabkan depresi. Hal ini dipertegas oleh Ellis (dalam Meyer, 1984 : 187) yang mengatakan bahwa cara individu memandang dan berpikir tentang dirinya sendiri akan menimbulkan gangguan tertentu seperti depresi.
Menurut Ferster ( dalam Meyer, 1984 : 167 ) depresi dapat timbul karena salah satu daridua proses dibawah ini, yaitu :
Jadi depresi terjadi karena hilangnya objek eksternal yang bernilai tinggi bagi individu tersebut. Kehilangan didefinisikan sebagai kehilangan objek cinta utama, yaitu sesorang, sesuatu atau aktifitas. Depresi menurut teori kognitif disebabkan oleh adanya bentuk-bentuk pemikiran yang tidak logis. Individu yang depresi cenderung berpikir dengan cara yang menyimpang dan penyimpangan ini menimbulkan masalah baru dan memperburuk keadaan yang ada serta meningkatkan perputaran yang memyebabkan depresi. Hal ini dipertegas oleh Ellis (dalam Meyer, 1984 : 187) yang mengatakan bahwa cara individu memandang dan berpikir tentang dirinya sendiri akan menimbulkan gangguan tertentu seperti depresi. Arienti dam Bemporad (dalam Meyer, 1984 : 249), menyatakan bahwa depresi sering terjadi pada orang yang mengalami kehilangan anak - anak. Situasi yang menyenangkan akan hilang jika ada kehadiran anggota keluarga lain seperti adik sehingga perhatian ibu terbagi, karena kematian orang tua, ditinggalkan oleh orang terdekat dengan individu, dan bisa juga disebabkan oleh larangan yang mendadak terhadap perilaku anak yang sudah menetap. Individu akan menyerap gaya hidup yang ditujukan untuk meraih keberhasilan dalam menyenangkan orang yang demikian tersebut. Harapan - harapan tersebut seringkali melebihi kemampuan individu sehingga terjadi kegagalan, individu akan mencela dan menyalahkan diri sendiri. Jadi depresi terjadi karena hilangnya objek eksternal yang bernilai tinggi bagi individu tersebut. Kehilangan didefinisikan sebagai kehilangan objek cinta utama, yaitu sesorang, sesuatu atau aktifitas.
Depresi menurut teori kognitif disebabkan oleh adanya bentuk-bentuk pemikiran yang tidak logis. Individu yang depresi cenderung berpikir dengan cara yang menyimpang dan penyimpangan ini menimbulkan masalah baru dan memperburuk keadaan yang ada serta meningkatkan perputaran yang memyebabkan depresi. Hal ini dipertegas oleh Ellis (dalam Meyer, 1984 : 187) yang mengatakan bahwa cara individu memandang dan berpikir tentang dirinya sendiri akan menimbulkan gangguan tertentu seperti depresi.
Menurut Ferster ( dalam Meyer, 1984 : 167 ) depresi dapat timbul karena salah satu daridua proses dibawah ini, yaitu :
a. Perubahan lingkungan seperti anggota keluarga atau kehilangan pekerjaan
dapat membatasi (reinforcement) yang diterima individu. Individu yang
menyandarkan diri pada satu atau dua reinforcement akan cenderung mudah
terserang depresi karena kurangnya reinforcement
b. Ditinjau dari perilaku menghindar, depresi muncul pada saat usaha
menghindar di lingkungan menjadi kuat. Dalam kasus ini depresi timbul karena
individu ingin menghindari kecemasan. Jika individu menarik diri dari stimulus
yang menyebabkan kecemasan, maka akan kehilangan dengan kontak reinforcement sosial,
dan akan timbul depresi. Dari beberapa uraian
diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa depresi terjadi karena individu
kehilangan objek eksternal yang bernilai tinggi bagi individu tersebut.
Kehilangan yang dimaksud adalah kehilangan objek cinta utama, seperti kehilangan
pasangan hidup, anak atau teman. Hal ini menyebabkan individu tidak dapat
menyesuaikan diri dengan baik, sehingga tidak menutup kemungkinan individu akan
mudah mengalami gangguan depresi.
Faktor-faktor yang Menyebabkan Depresi Menurut Birren
(1980 : 629) ada beberapa faktor yang menimbulkan depresi, yaitu :
a. Faktor individu yang meliputi :
1) Faktor biologis seperti genetik, proses menua secara biologis,
penyakit fisik tertentu.
2) Faktor psikologis seperti
kepribadian, proses menua secara psikologis. Pada kepribadian introvert akan
berusaha mewujudkan tuntutan dari dalam dirinya dan keyakinannya, sedangkan
kepribadian ekstrovert membentuk keseimbangan dirinya dengan menyesuaikan
keinginan - keinginan dari orang lain
b.Faktor
kejadian - kejadian hidup yang penting bagi individu
Kehilangan seseorang ataupun sesuatu dapat menimbulkan depresi. Penyakit fisik juga berhubungan dengan serangan afeksi karena penyakit merupakan ancaman terhadap daya tahan individu, terhadap kemampuan kerjanya, kemampuan meraih apa yang diinginkannya dan merupakan ancaman terhadap aktifitas motorik dan perasaan sejahtera individu.
c. Faktor lingkungan yang meliputi faktor sosial, faktor budaya, dan faktor lingkungan fisik.
Kehilangan seseorang ataupun sesuatu dapat menimbulkan depresi. Penyakit fisik juga berhubungan dengan serangan afeksi karena penyakit merupakan ancaman terhadap daya tahan individu, terhadap kemampuan kerjanya, kemampuan meraih apa yang diinginkannya dan merupakan ancaman terhadap aktifitas motorik dan perasaan sejahtera individu.
c. Faktor lingkungan yang meliputi faktor sosial, faktor budaya, dan faktor lingkungan fisik.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada
beberapa faktor yang menyebabkan depresi, diantaranya adalah proses menua
secara biologis, penyakit fisik, kepribadian, kehilangan orang yang dicintai,
dan faktor lingkungan.
4. Cara
Mengatasi Depresi
Perlu waktu untuk bisa lepas dari
depresi. Berbincang-bincang pada ustadz mengenai takdir dan hikmah dibalik
semua kejadian ini bisa membantu. Jika parah, maka pergilah kedokter. Penderita
akan diberikan obat antidepresan semacam obat penenang.Bisa juga mengunjungi
pengobatan psikologis. Suatu cara yang dilakukan oleh terapis yang mendorong
untuk membicarakan perasaan dan kecemasan penderita, dan dapat memberikan
bantuan penanganan dan nasehat.Jika penyebabnya adalah stres biasa, maka
cobalah batasi stres tersebut sekecil mungkin dengan sedapat mungkin menghindari
perubahan besar pada hidup anda. Cobalah berbagi dengan orang-orang terdekat
anda dan cara menangani masalah stres anda. Sediakan waktu sejenak setiap hari
untuk relaksasi mengalihkan ketegangan dan kecemasan.Khusus untuk depresi
prahaid, dokter biasanya akan memberikan pyridoxine (vitamin B6) setiap
hari. Jika depresi akibat infeksi, maka jangan terlalu tergesa-gesa kembali ke
jadwal sehari-hari setelah sakit. Jaga makan yang cukup dan tidur yang
cukup untuk mempercepat pemulihan.Perlu diketahui bahwa peran keluarga dan
lingkungan sekitar juga ikut mempengaruhi kesembuhan akibat depresi. Jika
penderita selalu diingatkan bahwa kita selalu peduli pada mereka, maka ini akan
mengurangi dampak depresi seperti perasaan terisolasi (terasingkan), misalnya.
Sehingga diharapkan nantinya penderita akan termotivasi untuk bisa pulih
kembali.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Seseorang dikatakan
depresi apabila aktifitas fisiknya menurun, berpikir sangat lamban dan diikuti
oleh perubahan suasana hati. Sesorang yang mengalami depresi memiliki pemikiran
yang negatif terhadap dirinya sendiri, terhadap masa depan, dan ingatan mereka
menjadi lemah, serta kesulitan dalam mengambil keputusan.
Depresi terjadi karena individu kehilangan objek eksternal yang bernilai tinggi bagi individu tersebut. Kehilangan yang dimaksud adalah kehilangan objek cinta utama, seperti kehilangan pasangan hidup, anak atau teman. Hal ini menyebabkan individu tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik, sehingga tidak menutup kemungkinan individu akan mudah mengalami gangguan depresi.
Depresi terjadi karena individu kehilangan objek eksternal yang bernilai tinggi bagi individu tersebut. Kehilangan yang dimaksud adalah kehilangan objek cinta utama, seperti kehilangan pasangan hidup, anak atau teman. Hal ini menyebabkan individu tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik, sehingga tidak menutup kemungkinan individu akan mudah mengalami gangguan depresi.
Faktor yang mempengaruhi
depesi , yaitu :
a. Faktor individu
b. Faktor kejadian - kejadian hidup yang penting bagi individu
c.
Faktor lingkungan yang
meliputi faktor sosial, faktor budaya, dan faktor lingkungan fisik.
Depresi dapat diatasi
berdasar dengan tingkatannya. Jika parah, maka pergilah kedokter. Penderita
akan diberikan obat antidepresan semacam obat penenang.Bisa juga mengunjungi
pengobatan psikologis,cobalah berbagi dengan orang-orang terdekat anda dan cara
menangani masalah stres anda,jaga makan yang cukup dan tidur yang cukup untuk
mempercepat pemulihan.Perlu diketahui bahwa peran keluarga dan lingkungan
sekitar juga ikut mempengaruhi kesembuhan akibat depresi
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar