Senin, 19 Maret 2012

depresi



TRI BINTANG PAMUNGKAS (10001036)
BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN







BAB I
PENDAHULUAN


  1. Latar Belakang Masalah
DEPRESI merupakan gangguan mental yang sering terjadi di tengah masyarakat. Berawal dari stres yang tidak diatasi, maka seseorang bisa jatuh ke fase depresi. Penyakit ini kerap diabaikan karena dianggap bisa hilang sendiri tanpa pengobatan.  
Pada depresi, tekanan kehidupan atau stres ibarat patogen (kuman penyebab penyakit) pada penyakit fisik
Menurut Ferster ( dalam Meyer, 1984 : 167 ) depresi dapat timbul karena salah satu daridua proses dibawah ini, yaitu :
a.    Perubahan lingkungan seperti anggota keluarga atau kehilangan pekerjaan dapat membatasi (reinforcement) yang diterima individu. Individu yang menyandarkan diri pada satu atau dua reinforcement akan cenderung mudah terserang depresi karena kurangnya reinforcement.
b.    Ditinjau dari perilaku menghindar, depresi muncul pada saat usaha menghindar di lingkungan menjadi kuat. Dalam kasus ini depresi timbul karena individu ingin menghindari kecemasan. Jika individu menarik diri dari stimulus yang menyebabkan kecemasan, maka akan kehilangan dengan kontak reinforcement sosial, dan akan timbul depresi.
Depresi terjadi karena individu kehilangan objek eksternal yang bernilai tinggi bagi individu tersebut. Kehilangan yang dimaksud adalah kehilangan objek cinta utama, seperti kehilangan pasangan hidup, anak atau teman. Hal ini menyebabkan individu tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik, sehingga tidak menutup kemungkinan individu akan mudah mengalami gangguan depresi.



B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1.      Apa pengertian depresi?
2.      Apa saja yang termasuk aspek depresi?
3.      Bagaimana proses terjadinya depresi?
4.      Apa faktor penyebab depresi?
5.      Bagaimana cara mengatasinya ?













BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Depresi
Seseorang dikatakan depresi apabila aktifitas fisiknya menurun, berpikir sangat lamban dan diikuti oleh perubahan suasana hati. Sesorang yang mengalami depresi memiliki pemikiran yang negatif terhadap dirinya sendiri, terhadap masa depan, dan ingatan mereka menjadi lemah, serta kesulitan dalam mengambil keputusan.
Menurut Suryantha Chandra (2002 : 8), depresi adalah suatu bentuk gangguan suasana hati yang mempengaruhi kepribadian seseorang. Depresi juga merupakan perasaan sinonim dengan perasaan sedih, murung, kesal, tidak bahagia dan menderita. Individu umumnya menggunakan istilah depresi untuk merujuk pada keadaan atau suasana yang melibatkan kesedihan, rasa kesal, tidak mempunyai harga diri, dan tidak bertenaga. Individu yang menderita depresi aktifitas fisiknya menurun, berpikir sangat lambat, kepercayaan diri menurun, semangat dan minat hilang, kelelahan yang sangat, insomnia, atau gangguan fisik seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, rasa sesak didada, hingga keinginan untuk bunuh diri (John & James, 1990 : 2).

Menurut Maramis (1998 : 107), depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen psikologis seperti rasa sedih, rasa tidak berguna, gagal, kehilangan, putus asa, dan penyesalan yang patologis. Depresi juga disertai dengan komponen somatik seperti anorexia, konstipasi, tekanan darah dan nadi menurun. Dengan kondisi yang demikian, depresi dapat menyebabkan individu tidak mampu lagi berfungsi secara wajar dalam hidupnya.
  1. Aspek- aspek Depresi Beck (dalam Nanik Afida dkk, 2000 :181) menjelaskan depresi memiliki beberapa aspek emosional, kognitif, motivasional, dan fisik.
    a. Aspek yang dimanifestasikan secara emosional, yaitu :
1)      Perasaan kesal atau patah hati (dejected mood) ; perasaan ini menggambarkan keadaan sedih, bosan dan kesepian yang dialami individu. Keadaan ini bervariasi dari kesedihan sesaat hingga kesedihan yang terus - menerus.
2)      Perasaan negatif terhadap diri sendiri ; perasaan ini mungkin berhubungan dengan perasaan sedih yang dijelaskan di atas, hanya bedanya perasaan ini khusus ditujukan kepada diri sendiri. 
3)      Hilangnya rasa puas ; maksudnya ialah kehilangan kepuasan atas apa yang dilakukan. Perasaan ini dapat terjadi pada setiap kegiatan yang dilakukan termasuk hubungan psikososial, seperti aktivitas yang menuntut adanya suatu tanggung jawab.
4)      Hilangnya keterlibatan emosional dalam melakukan pekerjaan atau hubungan dengan orang lain ; keadaan ini biasanya disertai dengan hilangnya kepuasan diatas. Hal ini dimanifestasikan dalam aktivitas tertentu, kurangnya perhatian atau rasa keterlibatan emosi terhadap orang lain.
5)      Kecenderungan untuk menangis diluar kemauan ; gejala ini banyak dialami oleh penderita depresi, khususnya wanita. Bahkan mereka yang tidak pernah menangis selama bertahun-tahun dapat bercucuran air mata atau merasa ingin menangis tetapi tidak dapat menangis.
6)      Hilangnya respon terhadap humor ; dalam hal ini penderita tidak kehilangan kemampuan untuk mempersepsi lelucon, namun kesulitannya terletak pada kemampuan penderita untuk merespon humor tersebut dengan cara yang wajar. Penderita tidak terhibur, tertawa atau puas apabila mendengar lelucon.
b. Aspek depresi yang dimanifestasikan secara kognitif, yaitu :
1)      Rendahnya evaluasi diri ; hal ini tampak dari bagaimana penderita memandang dirinya. Biasanya mereka menganggap rendah ciri - ciri yang sebenarnya penting, seperti kemampuan prestasi, intelegensi, kesehatan, kekuatan, daya tarik, popularitas, dan sumber keuangannya.
2)      Citra tubuh yang terdistorsi ; hal ini lebih sering terjadi pada wanita. Mereka merasa dirinya jelek dan tidak menarik.
3)      Harapan yang negatif ; penderita mengharapkan hal - hal yang terburuk dan menolak uasaha terapi yang dilakukan.
4)      Menyalahkan dan mengkritik diri sendiri ; hal ini muncul dalam bentuk anggapan penderita bahwa dirinya sebagai penyebab segala kesalahan dan cenderung mengkritik dirinya untuk segala kekurangannya.
5)      Keragu-raguan dalam mengambil keputusan ; ini merupakan karakteristik depresi yang biasanya menjengkelkan orang lain ataupun diri penderita. Penderita sulit untuk mengambil keputusan, memilih alternatif yang ada, dan mengubah keputusan.
c.       Aspek yang dimanifestasikan secara motivasional
      Meliputi pengalaman yang disadari penderita, yaitu tentang usaha, dorongan, dan keinginan. Ciri utamanya adalah sifat regresif motivasi penderita, penderita tampaknya menarik diri dari aktifitas yang menuntut adanya suatu tanggung jawab, inisiatif bertindak atau adanya energi yang kuat.
d. Aspek depresi yang muncul sebagai gangguan fisik
      Meliputi kehilangan nafsu makan, gangguan tidur, kehilangan libido, dan kelelahan yang sangat. Menurut Mendels (dalam Meyer, 1984 : 159) mengatakan bahwa individu mengalami depresi jika individu mengalami gajala-gejala rasa sedih, pesimis, membenci diri sendiri, kehilangan energi, kehilangan konsentrasi, dan kehilangan motivasi. Selain itu individu juga kehilangan nafsu makan, berat badan menurun, insomnia, kehilangan libido, dan selalu ingin menghindari orang lain.Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek depresi adalah gejala depresi yang dapat dimanifestasikan secara emosional, kognitif, motivasional, fisik dan pencernaan, raut wajah sedih, retardasi, dan agitasi. Gejala yang dimanifestasikan secara emosional terdiri dari perasaan kesal atau patah hati, perasaan negatif terhadap dirinya, hilangnya rasa puas, hilangnya keterlibatan emosional,kecenderungan untuk menangis diluar kemauan, dan hilangnya respon terhadap humor. Sedangkan gejala yang dimanifestasikan secara kognitif meliputi sikap menyimpang penderita, baik terhadap diri, pengalaman, dan masa depannya. Gejala yang dimanifestasikan secara motivasional meliputi pengalaman yang disadari penderita, yaitu tentang usaha, dorongan, dan keinginan , sedangkan gejala yang muncul sebagai gangguan fisik apabila terjadi gangguan saraf otonom dan hipotalamus.
3.      Proses Terjadinya Depresi
Dalam kehidupan individu, ada periode - periode kritis yang berpengaruh terhadap perkembangan individu selanjutnya. Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari figur yang penting bagi individu pada periode kritis akan mempengaruhi kecenderungan depresi pada masa yang akan datang. Pada saat individu merespon kembali situasi serupa yaitu kurangnya kasih sayang dan perhatian, maka individu mempunyai kecenderungan depresi yang lebih tinggi dibandingkan pada orang yang tidak mengalami keadaan demikian.Kehidupan manusia ditandai oleh interaksi individu dengan lingkungannya. Depresi dapat timbul karena beberapa faktor, baik faktor dari dalam maupun dari luar individu. Menurut Abraham (dalam Meyer, 1984 : 165), keadaan depresi didominasi oleh perasaan kehilangan, rasa bersalah dan ada perasaan ambivalen antara cinta dan benci. Ambivalensi dari depresi ada dua, yaitu :
a Marah dan benci terhadap objek cinta yang hilang kerena persepsi tentang dirinya yang ditinggalkan atau ditolak.
b. Rasa bersalah karena keyakinannya bahwa dirinya telah gagal merespon secara tepat dan sesuai terhadap objek cinta yang hilang. Arienti dam Bemporad (dalam Meyer, 1984 : 249), menyatakan bahwa depresi sering terjadi pada orang yang mengalami kehilangan anak - anak. Situasi yang menyenangkan akan hilang jika ada kehadiran anggota keluarga lain seperti adik sehingga perhatian ibu terbagi, karena kematian orang tua, ditinggalkan oleh orang terdekat dengan individu, dan bisa juga disebabkan oleh larangan yang mendadak terhadap perilaku anak yang sudah menetap. Individu akan menyerap gaya hidup yang ditujukan untuk meraih keberhasilan dalam menyenangkan orang yang demikian tersebut. Harapan - harapan tersebut seringkali melebihi kemampuan individu sehingga terjadi kegagalan, individu akan mencela dan menyalahkan diri sendiri.
Jadi depresi terjadi karena hilangnya objek eksternal yang bernilai tinggi bagi individu tersebut. Kehilangan didefinisikan sebagai kehilangan objek cinta utama, yaitu sesorang, sesuatu atau aktifitas.
Depresi menurut teori kognitif disebabkan oleh adanya bentuk-bentuk pemikiran yang tidak logis. Individu yang depresi cenderung berpikir dengan cara yang menyimpang dan penyimpangan ini menimbulkan masalah baru dan memperburuk keadaan yang ada serta meningkatkan perputaran yang memyebabkan depresi. Hal ini dipertegas oleh Ellis (dalam Meyer, 1984 : 187) yang mengatakan bahwa cara individu memandang dan berpikir tentang dirinya sendiri akan menimbulkan gangguan tertentu seperti depresi. Arienti dam Bemporad (dalam Meyer, 1984 : 249), menyatakan bahwa depresi sering terjadi pada orang yang mengalami kehilangan anak - anak. Situasi yang menyenangkan akan hilang jika ada kehadiran anggota keluarga lain seperti adik sehingga perhatian ibu terbagi, karena kematian orang tua, ditinggalkan oleh orang terdekat dengan individu, dan bisa juga disebabkan oleh larangan yang mendadak terhadap perilaku anak yang sudah menetap. Individu akan menyerap gaya hidup yang ditujukan untuk meraih keberhasilan dalam menyenangkan orang yang demikian tersebut. Harapan - harapan tersebut seringkali melebihi kemampuan individu sehingga terjadi kegagalan, individu akan mencela dan menyalahkan diri sendiri. Jadi depresi terjadi karena hilangnya objek eksternal yang bernilai tinggi bagi individu tersebut. Kehilangan didefinisikan sebagai kehilangan objek cinta utama, yaitu sesorang, sesuatu atau aktifitas.
Depresi menurut teori kognitif disebabkan oleh adanya bentuk-bentuk pemikiran yang tidak logis. Individu yang depresi cenderung berpikir dengan cara yang menyimpang dan penyimpangan ini menimbulkan masalah baru dan memperburuk keadaan yang ada serta meningkatkan perputaran yang memyebabkan depresi. Hal ini dipertegas oleh Ellis (dalam Meyer, 1984 : 187) yang mengatakan bahwa cara individu memandang dan berpikir tentang dirinya sendiri akan menimbulkan gangguan tertentu seperti depresi.
Menurut Ferster ( dalam Meyer, 1984 : 167 ) depresi dapat timbul karena salah satu daridua proses dibawah ini, yaitu :
a.       Perubahan lingkungan seperti anggota keluarga atau kehilangan pekerjaan dapat membatasi (reinforcement) yang diterima individu. Individu yang menyandarkan diri pada satu atau dua reinforcement akan cenderung mudah terserang depresi karena kurangnya reinforcement
b.      Ditinjau dari perilaku menghindar, depresi muncul pada saat usaha menghindar di lingkungan menjadi kuat. Dalam kasus ini depresi timbul karena individu ingin menghindari kecemasan. Jika individu menarik diri dari stimulus yang menyebabkan kecemasan, maka akan kehilangan dengan kontak reinforcement sosial, dan akan timbul depresi.  Dari beberapa uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa depresi terjadi karena individu kehilangan objek eksternal yang bernilai tinggi bagi individu tersebut. Kehilangan yang dimaksud adalah kehilangan objek cinta utama, seperti kehilangan pasangan hidup, anak atau teman. Hal ini menyebabkan individu tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik, sehingga tidak menutup kemungkinan individu akan mudah mengalami gangguan depresi.
Faktor-faktor yang Menyebabkan Depresi Menurut Birren (1980 : 629) ada beberapa faktor yang menimbulkan depresi, yaitu :
            a. Faktor individu yang meliputi :
1)      Faktor biologis seperti genetik, proses menua secara biologis, penyakit fisik tertentu.
2)       Faktor psikologis seperti kepribadian, proses menua secara psikologis. Pada kepribadian introvert akan berusaha mewujudkan tuntutan dari dalam dirinya dan keyakinannya, sedangkan kepribadian ekstrovert membentuk keseimbangan dirinya dengan menyesuaikan keinginan - keinginan dari orang lain
b.Faktor kejadian - kejadian hidup yang penting bagi individu
Kehilangan seseorang ataupun sesuatu dapat menimbulkan depresi. Penyakit fisik juga berhubungan dengan serangan afeksi karena penyakit merupakan ancaman terhadap daya tahan individu, terhadap kemampuan kerjanya, kemampuan meraih apa yang diinginkannya dan merupakan ancaman terhadap aktifitas motorik dan perasaan sejahtera individu.
c. Faktor lingkungan yang meliputi faktor sosial, faktor budaya, dan faktor lingkungan fisik.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan depresi, diantaranya adalah proses menua secara biologis, penyakit fisik, kepribadian, kehilangan orang yang dicintai, dan faktor lingkungan.

4. Cara Mengatasi Depresi
Perlu waktu untuk bisa lepas dari depresi. Berbincang-bincang pada ustadz mengenai takdir dan hikmah dibalik semua kejadian ini bisa membantu. Jika parah, maka pergilah kedokter. Penderita akan diberikan obat antidepresan semacam obat penenang.Bisa juga mengunjungi pengobatan psikologis. Suatu cara yang dilakukan oleh terapis yang mendorong untuk membicarakan perasaan dan kecemasan penderita, dan dapat memberikan bantuan penanganan dan nasehat.Jika penyebabnya adalah stres biasa, maka cobalah batasi stres tersebut sekecil mungkin dengan sedapat mungkin menghindari perubahan besar pada hidup anda. Cobalah berbagi dengan orang-orang terdekat anda dan cara menangani masalah stres anda. Sediakan waktu sejenak setiap hari untuk relaksasi mengalihkan ketegangan dan kecemasan.Khusus untuk depresi prahaid, dokter biasanya akan memberikan pyridoxine (vitamin B6) setiap hari. Jika depresi akibat infeksi, maka jangan terlalu tergesa-gesa kembali ke jadwal  sehari-hari setelah sakit. Jaga makan yang cukup dan tidur yang cukup untuk mempercepat pemulihan.Perlu diketahui bahwa peran keluarga dan lingkungan sekitar juga ikut mempengaruhi kesembuhan akibat depresi. Jika penderita selalu diingatkan bahwa kita selalu peduli pada mereka, maka ini akan mengurangi dampak depresi seperti perasaan terisolasi (terasingkan), misalnya. Sehingga diharapkan nantinya penderita akan termotivasi untuk bisa pulih kembali.








BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Seseorang dikatakan depresi apabila aktifitas fisiknya menurun, berpikir sangat lamban dan diikuti oleh perubahan suasana hati. Sesorang yang mengalami depresi memiliki pemikiran yang negatif terhadap dirinya sendiri, terhadap masa depan, dan ingatan mereka menjadi lemah, serta kesulitan dalam mengambil keputusan.
            Depresi terjadi karena individu kehilangan objek eksternal yang bernilai tinggi bagi individu tersebut. Kehilangan yang dimaksud adalah kehilangan objek cinta utama, seperti kehilangan pasangan hidup, anak atau teman. Hal ini menyebabkan individu tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik, sehingga tidak menutup kemungkinan individu akan mudah mengalami gangguan depresi.
Faktor yang mempengaruhi depesi , yaitu :
a.       Faktor individu
b.      Faktor kejadian - kejadian hidup yang penting bagi individu
c.       Faktor lingkungan yang meliputi faktor sosial, faktor budaya, dan faktor lingkungan fisik.
Depresi dapat diatasi berdasar dengan tingkatannya. Jika parah, maka pergilah kedokter. Penderita akan diberikan obat antidepresan semacam obat penenang.Bisa juga mengunjungi pengobatan psikologis,cobalah berbagi dengan orang-orang terdekat anda dan cara menangani masalah stres anda,jaga makan yang cukup dan tidur yang cukup untuk mempercepat pemulihan.Perlu diketahui bahwa peran keluarga dan lingkungan sekitar juga ikut mempengaruhi kesembuhan akibat depresi





DAFTAR PUSTAKA




Tidak ada komentar:

Posting Komentar